Ragam Tempe Indonesia, Gak Melulu Kedelai
Apa ada orang Indonesia yang tidak pernah makan tempe?
Tempe adalah warisan pangan Nusantara yang paling populer hingga kini. Sumber protein nabati ini paling mudah ditemukan di dalam piring masyarakat Indonesia. Tempe berasal dari kapang Rhizopus atau jamur tempe yang difermentasi hingga menjadi tempe berwarna putih dan bertekstur padat. Tempe kemudian diolah dengan berbagai metode, seperti digoreng, ditumis, dan disemur.
Kini tempe sudah mendunia. Tren gaya hidup vegetarian yang menjadikan tempe sebagai substitusi daging jadi salah satu pemicunya. Tak heran, Indonesia pun menjadi produsen tempe terbesar di dunia. Namun ironisnya, kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tempe justru diimpor dari luar negeri. Data BPS periode Januari-September 2024 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 2,16 juta ton.
Ada sejumlah faktor yang disebut-sebut jadi penyebab Indonesia ketergantungan kedelai impor. Mulai dari masih rendahnya produksi kedelai dalam negeri, alih fungsi lahan hingga kualitas kedelai yang katanya tidak sebaik kedelai impor. Tapi kabar baiknya adalah: kita tidak harus menggunakan kedelai untuk produksi tempe!
Produsen dan Pegiat Tempe Organik, Agus Priyanto menceritakan dedikasinya dalam mengembangkan kacang-kacangan lain sebagai bahan baku tempe. Ditemani Vegan Chef sekaligus host podcast Planet Plate Season 2, Tamtam, ia mengatakan tempe tidak harus identik dengan kedelai.
“Ternyata banyak kok keanekaragaman hayati yang kita miliki, itu yang belum dieksplor. Makanya tempe saya tuh variannya dari kacang-kacangan agak banyak. Ada tempe tolo, kacang merah, kacang tanah, kacang koro, itu yang perlu dilestarikan juga,” papar Agus.
Episode terakhir Planet Plate Season 2 ini mengangkat olahan tempe yang sudah cukup familiar di masyarakat Jawa, yaitu tempe bacem. Pembedanya adalah bahan baku tempe tersebut menggunakan kacang tanah. Selain itu Agus dan Tamtam juga mengolah salah satu resep unik dari kumpulan buku resep Mustikarasa. Buku ini mendokumentasikan resep nusantara yang diprakarsai Presiden pertama RI Soekarno pada 1964. Dari buku ini, Agus dan Tamtam memilih resep Sate Manis Tempe. Tempe yang digunakan untuk membuat Sate Manis Tempe adalah tempe berbahan baku kacang merah dan tempe kacang hijau.
Agus menekankan Indonesia punya banyak kacang-kacangan yang dapat diolah menjadi tempe, maka dari itu impor kedelai seharusnya bisa diminimalisir. Dengan keberagaman kacang-kacangan lokal ini, nilai gizi tempe juga semakin bertambah dan variasi rasa tempe jadi tidak itu-itu saja. Petani lokal pun diproyeksikan semakin berdaya jika pemerintah mampu melihat potensi ini.
“Bagaimana pasca panen dari petani itu dibeli dengan harga yang pantas? Di sini kan harus ada imbal balik antara petani dan pemerintah. Petani banyak yang sering mengeluh, giliran petani panen, pemerintah impor. Harga lalu jatoh,” ujar Agus.
Tempe secara umum kaya akan isoflavon, yang bermanfaat bagi hormon reproduksi dan juga menurunkan risiko kanker tertentu, serta meningkatkan kesehatan kardiovaskular. Namun jika tempe menggunakan kacang-kacangan lain, ada tambahan manfaat yang bisa dinikmati. Seperti tempe kacang hijau yang merupakan salah satu sumber folat, nutrisi yang mampu berperan dalam perkembangan janin dari ibu hamil.
“Tempe itu banyak variannya. Silakan konsumsi yang bervariasi, jangan hanya kedelai aja tapi juga kacang-kacangan yang bermanfaat untuk tubuh. Karena kita kayak makan nasi, padahal karbo kan banyak dari mana-mana, kadang ganti singkong, dan yang lainnya,” jelas Agus. Kalau kamu penasaran bentuk dan rasa tempe berbahan baku non-kedelai, langsung aja kunjungin @agus_tempe di instagram!