BOLU KEMOJO (RIAU) Bahan-bahan:1. 15 lembar daun pandan2. 150 gr gula pasir3. 3 butir telur4. 600 ml santan kental5. ½ sdt garam halus6. 280 gr terigu7. mentega Cara membuat Bolu Kemojo:1. Cuci bersih daun pandan, kemudian dipotong kecil-kecil, blender sampai halus2. Salin ke dalam panci, lalu peras daun pandan yang tertinggal di dalam tirisan sampai airnya habis3. Tambahkan tepung terigu, 1/2 sdt garam halus, santan dan 3 butir telur ke dalam adonan, aduk hingga rata4. Masukkan adonan ke dalam cetakan khas bolu kemojo5. Panaskan oven selama 10 menit dengan suhu 1800, lalu masukkan cetakan yang sudah ditambahkan adonan. Masak selama 45 menit sampai bagian atas kecoklatan6. Setelah bolu kemojo matang, angkat dan dinginkan terlebih dahulu7. Bolu kemojo siap disajikan. Cerita tentang Bolu Kemojo:Bolu kemojo merupakan makanan khas Riau dengan aroma pandan yang menyengat dan rasa manis serta gurih dalam setiap gigitannya. Bolu kemojo menjadi makanan tradisional yang wajib hadir di setiap acara-acara besar masyarakat Melayu, seperti acara pernikahan, lebaran, dan perayaan keluarga lainnya. Nama bolu kemojo diambil dari “kemboja” karena bentuk cetakan khas bolu ini menyerupai bunga kemboja. Keunikan rasa dan bentuk bolu kemojo inilah yang membuatnya wajib dibeli ketika berkunjung ke tanah Melayu sebagai oleh-oleh khas Riau. Warisan Nenek Moyang yang Tak Lekang oleh WaktuSuryani Alma adalah salah satu generasi muda yang masih melestarikan bolu kemojo supaya tetap bertahan hingga sekarang. Alma yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Pandan Wangi, telah memproduksi bolu kemojo secara rutin sejak tahun 2020. Dibekali resep dari orang tuanya, Alma menjadikan bolu kemojo buatan kelompok tani ini populer di kalangan masyarakat Dumai. Bukan hanya membuat bolu saja, Alma bersama kelompoknya juga menanam langsung pandan di sekitar rumahnya sehingga proses produksi bolu tidak akan kekurangan bahan baku. Secara tidak langsung, Alma dan Kelompok Tani Hutan Pandan Wangi bukan sekedar meneruskan resep yang diturunkan dari generasi ke generasi selama puluhan tahun untuk acara adat, tetapi Alma juga ikut serta menjaga kelestarian dan keanekaragaman ekosistem di alam. Hingga kini, bolu kemojo tetap bertahan dan selalu menjadi makanan khas Melayu yang paling dicari buat dijadikan oleh-oleh khas Melayu. Tanpa Bahan Pengawet Berbeda dengan bolu pada umumnya yang punya tekstur lembut dan seperti spons, bolu kemojo memiliki tekstur yang lebih padat dan lebih mirip kue basah. Menariknya, resep yang turun-temurun dari nenek moyang orang Riau ini sama sekali tidak memakai bahan pengawet dan pewarna buatan. Bolu kemojo dibuat menggunakan tepung terigu, telur, mentega, serta gula pasir. Warna hijaunya pun dihasilkan dari pandan yang ditanam sendiri di pekarangan rumah. Tulisan ini adalah bagian dari kampanye #AllYouCannotEat, yang mengangkat pentingnya kedaulatan pangan.Penulis: Qory (Changemaker WeSpeakUp.org)Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.
PUT LAKA’A/PUTAK LAKA, Sagu Khas dari NTT Bahan utama:Put Laka’a terbuat dari tepung yang diolah dari intisari batang pohon Gewang (Corypha Utan). Cara membuat Put Laka’a/Putak Laka:1. Ambil serpihan intisari batang pohon gewang. Serpihan-serpihan tersebut dijemur sekitar 3 jam untuk mengurangi kadar air2. Setelah cukup kering dan keras, serpihan tersebut ditumbuk hingga halus untuk memisahkan tepung dan seratnya (masyarakat Pulau Timor menggunakan lesung dalam proses ini)3. Setelah halus, tambahkan air pada tepung, larutkan dan rendam semalaman agar tepung mengendap. Endapan tepung itulah yang akan digunakan sebagai adonan pembuatan Put Laka’a4. Pisahkan air dan endapan (adonan). Ambil adonan dan uleni hingga kalis dan mengeras kembali, kemudian dibentuk bulatan seukuran buah kelapa (opsional)5. Panaskan di dekat tungku selama kurang lebih 8 jam6. Adonan yang sudah jadi kemudian dihancurkan dan dicampur dengan kelapa parut atau tumbukan kacang hijau7. Adonan Put Laka’a kemudian diratakan dan dipanggang di atas batu gepeng atau gerabah atau plat besi panas sambil menumpuk plat panas yang sama dari atas adonan sekitar 30 detik sampai 1 menit8. Put Laka’a siap dihidangkan selagi hangat. Cerita tentang Put Laka’a/Putak Laka:Put Laka’a adalah jajanan istimewa yang selalu dinantikan kedatangannya di rumahku. Adonan setengah jadi yang dibeli Mama akan disulap menjadi kue lezat di atas batu pelat. Rasanya yang khas mirip dengan dadar gulung versi agak alot dan kenyal. Aroma lembutnya berpaduan dengan wangi parutan kelapa yang dibakar. Sambil memanggang, Mama seringkali bercerita tentang masa kecilnya, bagaimana nasi dan jagung dianggap makanan mewah yang hanya disantap orang kaya. Put Laka’a tumbuh dengan stigma sebagai makanan orang miskin, simbol paceklik. Kenangan masa lalu itu membuat Put Laka’a menjadi lebih dari sekadar makanan. Kue ini membawa cerita tentang perjuangan dan kesederhanaan. Namun, seiring berjalannya waktu, Put Laka’a mulai dilupakan. Proses pembuatannya yang cukup lama dan rasa yang dianggap monoton membuat kue ini semakin jarang ditemui. Apalagi, proses pengambilan intisari pohon Gewang yang menjadi bahan utamanya juga tidak dilestarikan. Hati ini tergerak untuk melestarikan warisan leluhurku. Pertengahan tahun 2022, aku berupaya menginovasi Put Laka’a agar bisa dinikmati oleh semua orang, tanpa terkecuali. Aku mulai berkreasi dengan menambahkan berbagai macam selai buah, berharap bisa menciptakan rasa baru yang lebih disukai. Akun Instagram @putakku_official digunakan untuk memperkenalkan Put Laka’a kepada lebih banyak orang. Sayangnya, usahaku saat itu belum membuahkan hasil yang diharapkan. Tulisan ini adalah bagian dari kampanye #AllYouCannotEat, yang mengangkat pentingnya kedaulatan pangan.Penulis: Godelfridus Maulaku (Changemaker WeSpeakUp.org)Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.
Anyang Pakis (Deli) Bahan utama:1 ikat pakis1 ikat kacang panjang100 gr toge100 gr kelapa parut Bumbu:5 buah cabai merah5 buah bawang merah2 siung bawang putih1 buah jeruk nipis1 sendok makan ebi1 batang serai1 sendok makan ketumbarDaun jeruk secukupnyaGaram secukupnya Cara membuat Anyang Pakis:1. Bersihkan pakis dan sayur lainnya, cuci bersih, rebus hingga matang lalu angkat dan tiriskan segera agar sayuran tetap segar dan renyah.2. Haluskan cabai merah, bawang merah, bawang putih, ebi dan garam secukupnya.3. Sangrai kelapa parut hingga setengah kering. Masukkan ketumbar, irisan serai dan daun jeruk gongseng sampai warnanya kecoklatan lalu angkat dan ulek hingga halus.4. Cincang halus bawang merah dan cabai merah mentah.5. Siapkan wadah besar, masukan parutan kelapa yang sudah dihaluskan lalu tambahkan bumbu yang sudah dihaluskan dan perasan jeruk nipis. Aduk hingga rata, lalu tes rasa.6. Setelah mendapat rasa yang pas, masukan sayuran yang telah matang lalu campurkan cabai merah dan bawang merah yang sudah dicincang lalu aduk hingga rata.7. Anyang pakis khas Melayu Deli siap disajikan. Cerita tentang Anyang PakisKalian pernah dengar gak Salad asal Melayu Deli? Sebagian orang memang belum begitu mengenal sajian salad ala masyarakat Melayu ini, kalau orang Medan menyebutnya “Anyang Deli” yang cukup populer di Sumatera Utara. Salah satu variasi Anyang paling dikenal menggunakan bahan dasar Pakis. Masakan khas suku Melayu Sumatera Utara, masih bisa ditemukan di beberapa daerah yang masih kuat memegang tradisi kuliner Melayu. Anyang pakis mirip dengan urap terutama pada bumbu dasarnya yaitu bawang merah, serai, daun jeruk, dan ketumbar yang dihaluskan lalu ditaburi kelapa parut. Bedanya, Anyang pakis menggunakan kelapa sangrai dan ebi sebagai salah satu bumbu utamanya. Wah pasti ngiler kalau ngebayangin renyah tekstur pakis dan gurihnya parutan kelapa menjadi hidangan yang sangat kaya rasa. Anyang pakis terbuat dari berbagai bahan dasar seperti pakis, bunga pepaya, pucuk daun singkong, ikan teri, kacang panjang, toge dan sayuran lainnya kemudian ditambah bumbu yang sudah dicincang secara halus dan rasa asam dari perasan jeruk nipis. Bahan wajib yang tidak boleh tidak ada adalah parutan kelapa. Semua bahan bakunya merupakan sumber pangan lokal yang tersedia di tanah Sumatera tanpa harus impor dari daerah lain sehingga menjadi sumber pangan dan mendukung kedaulatan pangan lokal. Berdasarkan data Kemenkes RI (TKPI), setiap 100 gram daun pakis segar mengandung 136 mg kalsium dan 159 mg fosfor. Kandungan kalsiumnya setara dengan susu sapi, bahkan kadar fosfor pakis lebih tinggi sehingga baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Ketika pertama kali mencoba kuliner lezat ini waktu saya merantau ke kota Medan 14 tahun lalu dan ketagihan karena rasanya yang gurih dan sedikit asam bisa menjadi pilihan menu sehat. Dulu, tradisi kuliner Melayu ini masih cukup mudah ditemukan sebagai sajian rumahan sehari-hari dan juga menjadi menu khas saat acara spesial seperti perayaan adat, pesta pernikahan, atau festival kuliner tradisional. Tapi kini saya hanya bisa makan menu favorit satu ini saat bulan Ramadhan saja sebagai hidangan buka puasa yang disantap bersama bubur pedas. Sering kali banyak saya jumpai pedagang yang berjualan di halaman Istana Sultan Maimun yang menjadi pusat kuliner tradisional suku Melayu. Kok bisa Anyang pakis cukup sulit ditemukan di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera? Menu setahun sekali ini sudah semakin jarang dijual di pasar-pasar tradisional atau restoran umum. Beberapa penyebab kenapa Salad khas Melayu Deli semakin langka bahkan tidak populer di daerah asalnya dikarenakan salah satu bahan utamanya yaitu pakis, ketersediaannya makin terbatas. Pakis merupakan tanaman liar dan jarang yang mau membudidayakan sehingga tidak selalu mudah ditemukan, dan keberadaannya sering bergantung pada musim dan ketersediaan di alam liar. Selain itu, penurunan lahan hijau akibat urbanisasi yang menyebabkan sayuran ini semakin langka di pasar karena alih fungsi lahan hutan dimana tanaman pakis dapat tumbuh subur. Di sisi lain, adanya perubahan pola konsumsi, perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat yang lebih memilih makanan cepat saji juga berkontribusi terhadap semakin langkanya makanan tradisional seperti Anyang Pakis. Sajian tradisional ini memerlukan proses yang panjang dalam pembuatannya sehingga menjadi kurang diminati dibandingkan makanan yang lebih praktis dan instan. Untuk melestarikannya maka diperlukan usaha dari berbagai pihak, termasuk komunitas lokal, pelaku kuliner, dan pemerintah daerah, untuk memperkenalkan kembali hidangan ini ke publik terutama kepada generasi muda. Kini nasib Anyang pakis sebagai sebuah identitas budaya Melayu perlahan kian terlupakan seperti keberadaan budaya Melayu yang juga terpinggirkan Gambar tanaman pakis liar yang tumbuh di area hutan dan perkebunan Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.
Engkak Legit (Lampung) Bahan dan alat:Engkak:Telur 10 butirSantanTepung ketanMentegaGulaVaniliSusu kental manis Legit:Telur 35 butirMentega 2 bungkusKrimer kental manis 1 kalengVaniliGula 3/4 kg Cara membuat :1. Untuk lapisan engkak, aduk santan agak lama hingga berbuih. Kemudian masukkan gula, garam, dan mentega. Diamkan hingga menjadi dingin. Setelah itu, masukkan tepung ketan dan telur, aduk dan saring2. Untuk lapisan legit, kocok telur dan gula sampai mengembang. Lalu masukkan krimer kental manis dan mentega3. Siapkan loyang. Tuang adonan lapisan pertama ke dalam loyang dan panggang sampai kuning kecokelatan. Tuangkan lapisan berikutnya sampai seluruh adonan habis4. Siap disajikan. Cerita tentang Engkak Legit:Di sebuah kampung kecil, tinggallah keluarga kami. Tetangga terdekat kami adalah Tante Nur, seorang wanita kaya raya tapi beliau ramah dan tidak sombong. Tante Nur asli dari Lampung Menggala, daerah yang terkenal dengan kue engkak legitnya yang nikmat. Dulu, Ibu sering memberikan tape kepada Tante Nur karena beliau suka, tapi tidak bisa membuatnya. Tante Nur pun berbagi engkak legit buatannya kepada keluargaku sebagai tanda terima kasih. Kakak sulungku sangat penasaran dengan proses pembuatan engkak legit. Suatu hari, ia bertekad untuk membuat kue itu sendiri. Dari pagi hingga sore, ia berkutat di dapur. Wajahnya yang memerah karena kepanasan membuat Ayah bercanda, “Wajahmu seperti kepiting rebus!”. Setelah berjam-jam berusaha, akhirnya engkak legit buatan Kakak selesai. Sayangnya, sebelum sempat mencicipinya, kue-kue itu sudah ludes dilahap aku dan dua kakakku yang lain. Kakak pun kesal dan menyalahkan kami. Ayah kemudian berkata, “Besok-besok beli saja, Bapak kasian sama kamu mukanya sudah kayak kepiting rebus gitu, eh, kuenya dihabiskan adik kamu.” Sejak kejadian itu, Kakak tidak pernah lagi membuat engkak legit secara tradisional. Memang, pemanggangan engkak legit dengan cara tradisional membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Namun proses yang panjang itulah yang menghasilkan cita rasa khas yang tidak bisa didapatkan dari kue yang dibuat dengan cara instan. Setiap kali menyantap engkak legit, Ibu selalu menceritakan kisah lucu ini. Kami sekeluarga pun tertawa terbahak-bahak mengenang kejadian itu. Kisah ini menjadi kenangan manis yang selalu kami ingat. Tulisan ini adalah bagian dari kampanye #AllYouCannotEat, yang mengangkat pentingnya kedaulatan pangan.Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.
Manggulu (Waingapu, Sumba Timur, NTT) Bahan dan alat:1. Pisang kepok2. Kacang tanah3. Lesung dan alu Cara buat:1. Jemur pisang kepok selama tiga hari hingga kering2. Kacang tanah disangrai hingga matang3. Campurkan kedua bahan di dalam satu lesung, tumbuk hingga hancur dan kalis dengan alu4. Bungkus dengan daun pisang supaya awet. Cerita tentang Manggulu:Ada satu makanan yang rasa asam dan manisnya selalu melekat pada saya hingga saat ini. Namanya Manggulu. Camilan khas Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur ini telah menemani kehidupan saya dari masa ke masa. Agaknya tak berlebihan jika saya bilang Manggulu ini lebih dari sekadar makanan. Dia adalah simbol keakraban serta kehangatan keluarga, bahkan masyarakat kami. Nenek saya kerap menyajikan Manggulu bagi saya dan teman-teman yang sedang bermain. Makanan yang bentuknya menyerupai dodol ini juga disajikan untuk menjamu tamu yang berkunjung ke rumah. Begitu pun saat kami sedang kumpul keluarga, Manggulu selalu jadi hidangan yang yang menemani kami berbagi cerita. Teksturnya yang lembut dan cara membuatnya yang mudah menjadikan Manggulu kudapan kesayangan bersama. Manggulu punya dua bahan dasar, pisang kepok dan kacang tanah. Pisang kepoknya harus dijemur selama tiga hari di bawah terik matahari hingga kering. Kacang tanah disangrai sampai matang. Keduanya lalu ditaruh di dalam lesung, kemudian tumbuk memakai alu hingga hancur dan kalis. Setelah itu adonan tadi bungkus dengan daun pisang dan siap dinikmati. Membungkus dengan daun pisang juga bertujuan agar makanan ini tetap awet. Selain menggunakan alat tradisional dalam proses pembuatannya, rasa Manggulu sudah lezat tanpa menambahkan gula ataupun garam. Ini bukti bahwa nenek moyang kita sejak dulu sudah mengonsumsi makanan sehat dengan memanfaatkan sumber daya di sekeliling mereka. Sayangnya, seiring perkembangan zaman, Manggulu mulai jarang ditemukan di Kota Waingapu. Boleh jadi ini lantaran minat masyarakat khususnya anak muda terhadap makanan lokal semakin berkurang. Semoga saja tulisan singkat ini bisa mendorong lebih banyak lagi anak muda untuk mau mencoba mencari tahu resep dengan pahan lokal di wilayah mereka dan mengapresiasinya dengan cara memasak, mengolahnya kembali atau berbagi ceritanya di Planet Plate. Tulisan ini adalah bagian dari kampanye #AllYouCannotEat, yang mengangkat pentingnya kedaulatan pangan.Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.Penulis: Antonia Maria Oy (Changemaker WeSpeakUp.org)
BUBUR MEGUH BALI Bahan:1. 200 gr beras, cuci bersih2. 50 gr kacang hijau, rebus hingga lunak3. 1200 ml air4. 2 sdt garam5. 2 lembar daun salam6. 500 ml santan kental7. 500 gr dada ayam8. 100 gr kacang tanah, goreng9. 1 sdm bawang goreng Bumbu Halus:1. 6 butir bawang merah2. 4 siung bawang putih3. 2 buah cabai merah4. 2 cm kunyit, bakar5. 4 buah kemiri6. 1/2 sdt merica7. 1 sdt ketumbar8. garam secukupnya Bahan Urap:1. 100 gr kelapa parut setengah tua2. 1 buah wortel, potong korek api, rebus sebentar3. 20 gram buncis, potung kecil, rebus sebentar4. 50 gram tauge, buang ekor, seduh dalam air mendidih5. 2 siung bawang putih6. 2 buah cabai merah7. 1/2 sdt terasi8. 2 cm kencur9. 2 sdm gula merah10. 2 lembar daun jeruk11. garam secukupnya CARA MEMBUAT:1. Panaskan 2 sdm minyak, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan daging ayam, daun salam, lengkuas, dan kaldu bubuk. Tambahkan air 500 cc. Masak sampai ayam matang dan bumbu meresap, angkat. Pisahkan ayam dengan kuahnya. 2. Rebus beras hingga lunak, tambahkan santan, garam, dan daun salam, masak lagi sampai bubur mengental. 3. Masukkan kacang hijau, masak sampai kacang panjang matang, aduk rata, angkat. 4. URAP : haluskan semua bumbu, masukkan kelapa parut, aduk rata. Kukus bumbu urapan sampai matang, angkat. Campur bumbu urapan dengan wortel, buncis, dan tauge. 5. Sajikan bubur dalam mangkuk, tambahkan kacang tanah goreng, dan urap. Sajikan selagi hangat dengan taburan bawang goreng dan suwiran ayam. Untuk 4 porsiNilai gizi per 1 porsi– Energi : 274 Kalori– Protein : 12.4 gram– Lemak : 12.1 gram– Karbohidrat : 26.3 gram Tulisan ini adalah bagian dari kampanye #AllYouCannotEat, yang mengangkat pentingnya kedaulatan pangan.Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.
BUBUR TLIWENG BOJONEGORO Bahan:1. 400 gram beras2. 200 gr jagung manis pipilan3. ½ ekor ayam kampung, potong dua4. 1½ sdm garam5. 6 siung bawang putih, memarkan6. 2,5 liter air7. 60 gram ebi, seduh air panas, goreng, haluskan8. 1 sdt merica bubuk Bahan Pelengkap:1. 4 tahu kunig, potong dadu, goreng kering2. 2 buah cakwe goreng, iris-iris3. 2 batang daun bawang, iris tipis4. 4 sdm bawang merah goreng5. 2 sdm bawang putih goreng Cara Membuat :1. Didihkan air, garam dan bawang putih. Masukkan ayam, masak hingga lunak. Angkat dan airnya sisihkan untuk membuat bubur. Suwir-suwir daging ayam, sisihkan. 2. Didihkan kembali air kaldu ayam. Masukkan beras, masak hingga lunak, masukkan jagung, dan masak hingga menjadi bubur. Tambahkan bubuk ebi dan merica, aduk rata. Angkat. 3. Tata bubur, tahu goreng, dan cakwe goreng di dalam mangkuk. taburi dengan daun bawang, bawang merah goreng, bawang putih goreng, dan cabai merah. Sajikan selagi panas. Untuk 4 porsiNilai gizi per 1 porsi– Energi : 308 Kalori– Protein : 18.0 gram– Lemak : 16.6 gram– Karbohidrat : 22.2 gram Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.
BUBUR GLEWO SEMARANG Bahan untuk Bubur Gurih:1. 400 gr beras merah2. 1.5 ltr kaldu ayam3. 250 ml santan4. 3 lembar dun salam5. 2 batang serai6. ½ sdt garam (secukupnya) Bahan untuk Taburan:1. 1 kg iga sapi, rebus hingga lunak2. 300 ml air3, 250 ml santan4. 3 lembar daun salam5. 200 ml santan kental6. 3 sdm minyak goreng7. 100 g kacang merah kering, rebus hingga lunak8. 10 potong tahu9. 2 batang sereh Bahan untuk Bumbu Halus:1. 2 cabai merah, buang biji2. 5 butri bawang merah3. 3 siung bawang putih4. 3 butir kemiri5. ½ ruas jarikunyit6. ½ ruas jari lengkuas7. ½ ruas jari kencur8. 1 sdt ketumbar, sangrai Cara Membuat:1. Bubur : rebus beras dan bahan lain hingga menjadi bubur.2. Taburan : tumis bumbu halus, masukkan serai, daun salam, tahu, kacang merah, masukkan santan dan air. Masaka hingga matang. Masukkan iga dan santan kental. Masak hingga mendidih.3. Sajikan bubur gurih beras merah dengan tumisan iga. Taburi bawang goreng dan kecap manis sesuai selera.. Untuk 6 porsiNilai gizi per 1 porsi:– Energi : 297 Kalori– Protein : 19.9 gram– Lemak : 14.0 gram– Karbohidrat : 20.6 gram Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.
BUBUR SAGU SIRAM TEMPE Bahan:1. 200 gr sagu ambon, rendam air hingga mekar, hancurkan2. 500 ml santan3. 500 ml kaldu ayam4. 1 lembar daun salam5. 1 sdt garam6. 3 lbr daun pandan7. 200 gr ubi merah Bahan Untuk Taburan:1. 200 gr tempe, potong kecil, goreng kering2. 200 gr udang peci, buang kepala dan kulit, goreng3. 7 buah cabai merah besar, buang biji, potong halus, tumis hingga layu4. 5 siung bawang merah, potong tipis5. 3 siung bawang pitih, potonh tipis6. 2 batang serai, potong halus7. 1 ruas jari lengkuas, memerkan8. 2 lbr daun salam9. 3 sdm perahan asam jawa10. 1 sdm gula merah11. 5 sdm kecap manis12. 1 sdt terasi bakar13. 1 sdm garam Bahan Untuk Pelengkap:1. 2 batang daun bawang, potong halus2. 2 batang daun saledri, potong halus3. 2 sdm bawang merah Cara Membuat:1. Rebus ubi hingga lunak dengan air kaldu. Masukkan santan, daun salam, garam, daun pandan, dan sagu, masak hingga kental dan meletup-;etup.2. Taburan: tumis bawang merah dan bawang putih hingga harum. Tambahkan serai, cabai merah, lengkuas, perahan asam jawa, gula merah, daun salam, kecap manis terasi, dan garam. Masukkan tempe dan udang, aduk hingga tercampur rata.3. Tempatkan bubur ke dalam mangkuk, taburi dengan temped an udang, bawang goreng, daun bawang, dan daun saledri.4. Hidangkan selagi panas. Untuk 4 porsiNilai gizi per 1 porsi:– Energi : 150 Kalori– Protein : 11.5 gram– Lemak : 1.2 gram– Karbohidrat : 22.9 gram Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.
Foto: instagram @viedelaak Ondol (Banjarnegara) Bahan utama:SingkongBumbu:Bawang putih, ketumbar, dan garam. Semua dihaluskan Cara membuat Ondol:1. Singkong dikupas dan dicuci hingga bersih, setelah itu diparut2. Parutan singkong diperas untuk memisahkan ampas dengan sari patinya3. Ampas singkong diremas kembali agar menghasilkan tekstur seperti tepung, dibarengi dengan pemberian bumbu yang telah dihaluskan 4. Setelah tercampur merata, masukkan adonan singkong ke alat pengukus selama sekitar 15 menit5. Keluarkan adonan, kemudian tumbuk untuk menghasilkan tekstur yang kenyal6. Bentuk adonan menjadi bulatan kecil di atas tampah7. Ondol siap digoreng. Cerita tentang OndolSetelah sepuluh tahun merantau ke berbagai kota, akhirnya saya kembali ke Dusun Seger. Dusun ini terletak di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Di tempat ini saya menghabiskan masa kecil yang dipenuhi beragam rasa makanan tradisional. Makanan-makanan ini pula yang membawa saya pulang. Sayangnya, banyak santapan yang lekang oleh waktu. Lega memenuhi raga ketika mengetahui ondol masih diproduksi, meskipun tidak setiap hari. Ondol adalah kudapan dari singkong yang berbentuk bulat, renyah di luar dan kenyal di dalam. Ondol asik dinikmati dengan cocolan aneka sambal. Saya masih ingat dengan jelas bagaimana nenek saya yang saban setiap pagi menyajikan ondol hangat, didampingi kopi atau teh. Pembuatan ondol merupakan proses yang panjang jika dilihat sejak tahapan singkong mulai dipanen. Usai dicabut dari tanah, singkong dicuci bersih dan dikupas. Jika pada masa saya kecil dulu singkong-singkong ini diparut menggunakan tangan, kini pembuat ondol bisa memarutnya dengan mesin. Hasil parutan singkong ini kemudian diperas untuk memisahkan ampas dengan sari patinya. Ampas singkong inilah yang dijadikan bahan utama pembuatan ondol. Ampas ini lalu diremas kembali agar menghasilkan tekstur seperti tepung. Proses ini dilakukan dibarengi pemberian bumbu yang sudah dihaluskan. Bumbunya sederhana saja, yakni bawang putih, ketumbar, dan garam. Takarannya, sesuai selera dan bergantung pada volume ampas singkong yang akan dijadikan ondol. Setelah semuanya tercampur merata, masukkan ke alat pengukus yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut. Proses ini berlangsung sekira 15 menit, sebelum akhirnya ampas singkong diangkat dan ditumbuk untuk menghasilkan tekstur yang lebih kenyal. Tahap berikutnya adalah membentuk adonan ampas singkong menjadi bulatan kecil. Untuk ini, biasanya dilakukandi atas tampah. Adonan diputar-putar hingga membentuk bulatan-bulatan kecil. Gerakan memutas ini disebut “ngondol-ondol”, yang kemudian melatarbelakangi penyebutan nama makanan ini. Ondol biasanya diperjualbelikan dengan kemasan setengah hingga satu kilogram, lalu pembeli akan menggorengnya sendiri. Namun, ada juga produsen yang menjual dalam bentuk telah digoreng dan ditusuk seperti sate berisi empat atau lima ondol. Pada musim mudik lebaran, biasanya permintaan ondol meningkat karena banyak perantau yang merindukannya. Sayangnya ondol belum bisa dijual lebih luas karena keterbatasan waktu simpan yang pendek sekitar 3-4 hari saja. Saat ini di Dusun Seger masih ada 4 produsen ondol dengan jadwal produksi yang berbeda-beda. Sayangnya, tidak ada yang memproduksinya setiap hari karena keterbatasan ketersediaan singkong. Menariknya keempat produsen ondol adalah perempuan, kalaupun ada laki-laki dalam proses pembuatannya maka mereka hanya membantu saja. Produksi ondol memberi manfaat ekonomi yang signifikan terhadap orang-orang terdekat, karena melibatkan saudara atau kerabat dalam prosesnya. Bahan baku singkong mereka dapatkan dengan cara “menebas”, atau membeli hasil panen singkong dalam satu kebun milik petani. Dalam pengamatan saya, ada kalanya terjadi kelangkaan singkong karena sejumlah faktor, mulai dari banyaknya petani singkong yang gagal panen karena cuaca buruk, atau karena para petani yang mengganti tanaman singkong dengan jenis tanaman lain. Terlebih, singkong bukanlah sumber pangan utama saat ini. Salah satu produsen ondol tertua di Dusun Seger telah memproduksi ondol sepanjang tiga generasi. Ada kekhawatiran pada masa mendatang ondol makin sulit dijumpai, sebab produksi ondol yang membutuhkan banyak tenaga. Di sisi lain banyak produsen ondol yang rata-rata sudah berusia lanjut itu menginginkan keturunannya mendapatkan pekerjaan yang lebih ringan, dengan penghasilan yang lebih banyak. Kalau kamu penasaran melihat proses pembuatan ondol, silakan mampir ke sini Tulisan ini adalah bagian dari kampanye #AllYouCannotEat, yang mengangkat pentingnya kedaulatan pangan.Konten ini diproduksi dengan dukungan Internews Earth Journalism Network.