Episode 2: Nasi Goreng Gembili Sambal Petai Di episode kedua, Chef Aziz Amri dan Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Ica Wulansari memasak Nasi Goreng Gembili Sambal Petai dan berdiskusi tentang penurunan produksi beras akibat kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Ternyata, gembili punya potensi besar untuk menggantikan peran beras loh! Kamu bisa tonton video cara masak nasi goreng gembili sambal petai di sini

Berkenalan Dengan Gembili Dalam Nasi Goreng Gembili Sambal Petai Gembili bukan nama yang populer dalam jajaran umbi-umbian. Jenis tumbuhan yang bentuknya menyerupai ubi jalar ini memang jarang ditemui di pasaran apalagi ditemukan dalam bentuk produk olahan pangan. Padahal jika dilihat dari kandungan gizinya, umbi gembili sangat mungkin diolah sebagai salah satu variasi atau alternatif pangan, selain beras.   Di episode kedua podcast Planet Plate, kami mencoba membuktikan hal itu. Berbekal tepung gembili yang berhasil kami temukan di salah satu toko daring, kami coba mengolahnya menjadi buliran seperti beras lalu mengolahnya dalam resep Nasi Goreng Gembili Sambal Petai.  Dan hasilnya, tidak mengecawakan!  Nah, ngomong-ngomong soal beras, pangan pokok yang banyak dikonsumsi masyarakat kita saat ini produksinya disebut semakin terancam di tengah kekeringan ekstrem. Hal itu dikarenakan tanaman padi membutuhkan banyak air selama fase pertumbuhannya. Perubahan iklim membuat puluhan ribu hektare lahan padi terancam gagal panen sebab terkena banjir ataupun kekeringan.  Penurunan produksi beras akibat kemarau berkepanjangan telah meningkatkan harga beras hingga rata-rata harganya mencetak rekor baru. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), per bulan Februari lalu, harga beras eceran mencapai Rp 15.157 per kilogram. Kemarau panjang atau El Nino telah menggerus 16,48 persen luas panen padi. Tahun lalu, luas panen padi mencapai 4,21 juta ha. Kini menyusut menjadi 3,52 juta ha. Menurut Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Ica Wulansari dalam podcast Planet Plate, pangan pokok di Indonesia perlu didiversifikasi demi menghadapi krisis beras. Salah satu pangan lokal khas Indonesia Timur yang punya potensi menjadi alternatif dari beras adalah gembili. Alasannya, gembili memiliki kandungan karbohidrat sebesar 27-37 persen.  Umbi  gembili ukurannya sebesar kepalan tangan orang dewasa, berwarna cokelat muda dan berkulit tipis. Dengan ukuran relatif kecil dan permukaan lunak, gembili dapat dikukus tanpa dikupas terlebih dahulu. (Shutterstock) “Sebenarnya gembili ini dari berbagai penelitian juga penggunaan airnya nggak terlalu sebanyak beras, sehingga berpeluang untuk menjadi pangan lokal yang bisa didiversifikasi selain pangan beras,” ujar Ica kepada Chef Aziz Amri. Gembili sendiri masih bisa ditemukan khususnya di Merauke, Papua. Suku Kanume memandang gembili sebagai tanaman sakral untuk acara adat. Gembili bisa direbus, dikukus, digoreng, dan dibakar. Tanaman ini juga kaya akan manfaat kesehatan, seperti bisa menurunkan total kolesterol, mengandung anti-kanker, dan menurunkan kadar glukosa darah. Sayangnya, kebijakan berasisasi yang dilakukan sejak zaman Orde Baru membuat masyarakat Indonesia bergantung pada beras. Padahal di setiap wilayah Indonesia punya pangan lokal yang biasa tumbuh di sana. Selain itu, terdapat persepsi bahwa beras merupakan “kasta tertinggi” dari pangan, dibandingkan pangan lokal lain seperti sagu dan gembili. Pemikiran ini justru akan merugikan warga lokal itu sendiri. Nasi goreng gembili sambal petai, salah satu olahan gembili. (KBR/Hafizh Dhiyaulhaq) “Tahun kemarin misalnya, kejadian kelaparan di Yahukimo. Itu kan kejadian yang menurut saya kelaparan itu seharusnya tidak terjadi. Tapi aksesibilitas itu kemudian menjadi terbatas karena tadi pangannya dibikin ekslusif,” jelas dosen sekaligus peneliti sosial-ekologi itu. Perubahan iklim semakin mendesak berbagai pihak untuk mulai mengambil aksi supaya pangan lokal kita berkelanjutan. Dalam penelitian Ica yang membahas bagaimana petani beradaptasi terhadap perubahan iklim, ia memaparkan bahwa petani memiliki pengetahuan tentang perubahan iklim, hanya saja menggunakan interpretasi mereka sendiri. Seperti petani di Indramayu, mereka mengenal istilah ceracak. “Ceracak itu misalnya dalam beberapa waktu, ketika musim hujannya itu jarang, ada hujan tapi cuma 1 hari 2 hari, kemudian tidak ada hujan lagi dalam waktu seminggu atau dua minggu. Jadi mereka punya kehati-hatian untuk tidak bertanam,” kata Ica. Tak hanya petani, masyarakat juga diharapkan bisa ikut berkontribusi dengan mulai mengonsumsi pangan lokal selain beras, seperti gembili. Hal ini akan mendorong petani untuk melihat peluang keuntungan dalam memproduksi pangan lokal. Apalagi gembili sangat berpotensi untuk dibudidayakan di daerah Jawa, Madura, Bali, dan Sulawesi bagian selatan. “Barangkali kita ke depan menghadapi krisis kekeringan panjang sehingga menyebabkan produksi berasnya menurun secara drastis, kita udah nggak ketakutan lagi. Kita sudah punya pangan pokok lainnya,” pesan Ica. ***Dengarkan podcast Planet Plate episode Nasi Goreng Gembili Sambal Petai bersama Chef Aziz Amri dan Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Ica Wulansari di sini. Kamu juga bisa ikut memasak ulang dengan mengikuti panduan resep ini. Kamu juga bisa mengirimkan foto dan cerita pengalaman hasil memasak resep ini ke sini.

Episode 1: Bandeng Bakar Lumpur Di episode pertama, Chef Aziz Amri dan editor in chief Iklimku.org, Ulet Ifansasti mengajak kita mengolah resep Bandeng Bakar Lumpur dan ngobrol tentang Pulau Mengare di Gresik, Jawa Timur. Daerah penghasil bandeng jumbo ini terancam. Para petani tambak bandeng bertarung dengan krisis iklim. Garis pantai pulau Mengare terus menyusut akibat abrasi dan kenaikan air laut. Kamu bisa tonton video cara masak bandeng bakar lumpur di sini

Re-cook Bandeng Bakar Lumpur Perhatikan bahan dan cara memasak Bandeng Bakar Lumpur!Bahan:1. Ikan bandeng 2. Mengare dan lumpur tambak bandeng3. Bawang merah4. Bawang putih5. Cabai merah6. Garam7. Kacang8. Kecap9. Jeruk nipis Cara memasak:1. Bersihkan bandeng2. Balutkan bandeng dengan lumpur3. Tutup bandeng dengan daun pisang, lalu bakar sampai benar-benar kering4. Kemudian untuk sambelnya, ulek cabai merah dengan garam dan kacang sampai halus5. Masukkan bawang merah dan putih, ulek lagi6. Tambahkan kecap dan peras jeruk nipis, ulek semuanya hingga menyatu7. Bandeng lumpur siap disajikan dengan sambal

Cerita di Balik Bandeng Bakar Lumpur Indonesia adalah negara produsen ikan yang menjanjikan. Dengan julukan negara maritim, tak heran jika ikan menjadi sumber protein yang melengkapi isi piring masyarakat kita. Salah satu jenis ikan yang paling digemari adalah ikan bandeng.Ikan air payau ini rasanya gurih dan mudah diolah dengan berbagai cara. Pulau Mengare, Gresik, Jawa Timur merupakan salah satu produsen ikan bandeng terbesar di Indonesia. Menurut Mongabay, bagian timur laut Jawa bisa menghasilkan sekitar 39.545 ton ikan bandeng per tahun, menciptakan putaran uang hingga ratusan juta per harinya. Bagi masyarakat pesisir, angka ini adalah hidup mereka. Pemimpin redaksi Iklimku.org, Ulet Ifansasti berbagi cerita kepada Chef Aziz Amri dalam podcast Planet Plate bagaimana krisis iklim memusnahkan 800 hektare tambak bandeng di Mengare. Liputan hasil kolaborasi dengan Greenpeace Indonesia itu mengungkap pahitnya kerugian yang harus ditanggung para petani bandeng imbas banjir rob akibat abrasi. Kawasan tambak bandeng yang rusak akibat abrasi di Mengare, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Minggu, 17 September 2023. (Iklimku/Idealita Ismanto) Liputan ini berdasarkan paparan petani bandeng senior di Mengare, Aribin, yang akrab disapa Cak Bin. Pria ini sudah menjalani profesi sebagai petani bandeng selama 50 tahun. Namun, banjir yang terjadi tahun 2022 adalah yang terburuk yang pernah ia saksikan. Aribin (60) berdiri di bagian tambak bandeng yang pernah dikelolanya dan kini rusak akibat abrasi di Mengare, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu, 11 Oktober 2023. (Iklimku/Idealita Ismanto) “Saat ini, wilayah pesisir Mengare itu kena dampak dari abrasi. Tambak-tambak itu kan ada posisinya di pinggiran ya, itu akhirnya tergerus terus akhirnya mereka sekarang punya luasan (tambak) yang tidak selebar dulu,” ujar Ulet.  Setelah kejadian ini, hasil panen bandeng menurun drastis. Sebelumnya Cak Bin bisa menghasilkan enam hingga delapan ton. Kini, hanya empat hingga lima ton bandeng. Pertumbuhan ikan juga kurang berkualitas. Ini lantaran praktik panen paksa. Biasanya mereka membudidayakan bandeng selama tujuh hingga delapan bulan, terpaksa dipersingkat menjadi enam bulan saja. Para petani terdorong melakukan praktik ini karena takut hasil panen keburu direnggut abrasi. Pulau Mengare terkenal atas bandeng-bandeng dengan kualitas terbaik. Setahun sebelum kejadian abrasi, Mengare mengadakan festival bandeng dimana bandeng-bandeng tersebut dilelang. “Ada satu rekor bandeng itu ada festival bandeng gitu. Tahun 2021 itu ada festival bandeng, berat bandeng itu bisa 6 sampai 6 setengah kilo.Terus pas dilelang, harganya 25 juta,” jelas Ulet sambil mengolah resep Ikan Bandeng Bakar Lumpur bersama Chef Azis Amri, Juni 2024 lalu. Sayangnya, menurut pengakuan Cak Bin, pemerintah tidak pernah menepati janji mereka untuk membangun pemecah ombak di Mengare. Alhasil, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan tambak-tambak bandeng di sana. Dalam pantauan citra satelit, sebagian area Mengare sudah tenggelam.  Kawasan pesisir Desa Tanjung Widoro, Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang semakin menghilang tiap tahunnya akibat kenaikan permukaan laut. (TheTreeMap/Nusantara Atlas) Ulet menjelaskan, para petani di daerah tidak memahami apa itu perubahan iklim. Mereka hanya mengenal tanda-tanda alam dan siklus pergantian musim. Mereka tidak sadar bahwa ini merupakan fenomena dan tantangan global yang sedang kita hadapi bersama. Satu hal yang Cak Bin takutkan, suatu hari nanti mungkin tambak bandeng Mengare hanyalah sebuah kisah. Ulet juga punya kekhawatiran serupa, “Ya aku cuma mikir generasi berikutnya aja gitu, kita masih bisa nikmatin alam tapi kayaknya egois banget cuma kami yang bisa nikmatin hari ini. Mereka (generasi selanjutnya) juga harus bisa nerima yang lebih baik atau bahkan setidaknya apa yang kita lihat saat ini,” tegas Ulet. (Nfs/mlk) ** Dengarkan podcast Planet Plate episode Bandeng Bakar Lumpur bersama Chef Aziz Amri dan editor in chief Iklimku, Ulet Ifansasti di sini. Kamu juga bisa ikut memasak ulang dengan mengikuti panduan resep ini. Kamu juga bisa mengirimkan foto dan cerita pengalaman hasil memasak resep ini ke sini. 

Ikan Bandeng Bakar Lumpur

Perhatikan bahan dan cara memasak Bandeng Bakar Lumpur!Bahan:1. Ikan bandeng 2. Tanah liat3. Bawang merah4. Bawang putih5. Cabai merah6. Garam7. Kacang tanah8. Gula aren9. Kecap10. Jeruk nipis Cara memasak:1. Bersihkan sisik bandeng, keluarkan isi perut bandeng, balurkan garam dan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis2. Bungkus bandeng sampai rapat menggunakan daun pisang yang sudah dipanaskan3. Lapiskan seluruh sisi bandeng dengan tanah liat sampai tertutup rapat4. Masukkan bandeng ke dalam oven dengan suhu 220 derajat celcius selama 40-60 menit5. Kemudian untuk sambelnya, ulek cabai merah dengan garam dan kacang sampai halus6. Masukkan bawang merah dan putih, ulek lagi 7. Tambahkan kecap, gula aren, dan peras jeruk nipis, ulek semuanya hingga menyatu8. Bandeng bakar lumpur siap disajikan dengan sambal. Kamu mau coba re-cook bandeng bakar lumpur?

Foto: detikcom NASI GLEWO (SEMARANG) Bahan osik daging: 1. 300 gr daging sapi campur koyor2. 7 buah bawang merah3. 3 buah bawang putih4. 5 buah cabe merah keriting5. 2 buah kemiri6. 1 ruas kunyit7. 1 ruas kencur8. 1 ruas jahe9. 1 ruas lengkuas  10. 1/2 sdt merica11. 1/2 sdt ketumbar12. 1 batang serai13. 3 lembar daun salam14. 1 sachet penyedap rasa15. 200 ml santan16. Garam17. Gula merah18. Emping melinjo sebagai pelengkap Cara Membuat:1. Rebus daging dan koyor sapi bersama serai, dan daun salam selama 45 menit.2. Setelah 45 menit berlalu, segera angkat dan tiriskan. Iris menjadi beberapa bagian ketika daging sapi ini sudah dingin.3. Haluskan bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting, kunyit, kemiri, kencur, merica dan ketumbar hingga lembut dengan diberi sedikit air.4. Selain itu, geprek serai, lengkuas, dan jahe hingga gepeng.5. Lalu, tumis bumbu halus tadi bersama serai, lengkuas, dan jahe hingga harum.6. Masukkan urat sapi dan sisa bahan lainnya kecuali santan serta nasi. Masak hingga kuahnya mendidih. Tambah garam, gula merah dan penyedap rasa secukupnya.7. Terakhir, masukkan santan dan aduk-aduk terus hingga kuahnya mengental.8. Sajikan lauk ini dengan nasi putih dan emping melinjo. Dengan begitu, nasi glewo khas Semarang siap dihidangkan. Resep: dari berbagai sumber

Foto: Resep Koki NASI JAGUNG (MADURA) Bahan-bahan:1. 100 gram beras jagung 2. 400 ml air untuk merebus 3. 1 sdt garam Bahan osik daging: 1. 300 gram daging has 2. 500 ml santan 3. 1 batang serai, memarkan 4. 3 lembar daun salam 5. 2 ruas jari lengkuas, memarkan 6. 1 sdt garam 7. 2 sdt gula merah, sisir 8. 1 sdm kecap manis 9. Minyak goreng secukupnya Bumbu halus untuk osik daging:1. 4 buah bawang merah 2. 2 siung bawang putih 3. ½ sdt ketumbar 4. ¼ sdt jinten  Bahan pelengkap:1. Ikan asin goreng 2. Sambal terasi Cara Membuat:1. Masak nasi jagung. Cuci bersih beras jagung, rendam selama 30 menit. Tiriskan.2. Masak 400 ml air hingga mendidih, masukkan beras jagung. Masak hingga air meresap ke dalam beras.3. Didihkan air dalam dandang, masukkan aronan nasi jagung ke dalam dandang, kukus sampai masak.4. Masak osik daging, potong daging has. Masukkan ke dalam air mendidih. 5. Ulek semua bumbu halus, masukkan ke dalam daging yang direbus.5. Ulek semua bumbu halus, masukkan ke dalam daging yang direbus.6. Tuang santan, serai, daun salam, lengkuas, gula merah, kecap manis, dan garam. Aduk-aduk hingga daging empuk.7. Sajikan nasi jagung dengan osik daging, ikan asin goreng, dan sambal terasi. Nikmati selagi masih hangat. Resep: dari berbagai sumber

Nasi Gembili Goreng Sambal Petai Cerita Tentang Masakan:Gembili merupakan tanaman umbi-umbian yang sulit ditemukan di pasaran. Komponen terbesar dalam gembili berkisar antara 27 hingga 37 persen. Dengan demikian, gembili memiliki potensi untuk menjadi substitusi beras. Namun, para petani masih menghadapi tantangan dalam berinovasi dalam pengolahannya. Selain itu, perubahan iklim membuat musim hujan sulit diprediksi dan berdampak pada kegiatan penanaman dan pemanenan gembili oleh petani. Bahan Nasi:1. Gembili secukupnya, pilih gembili yang tua dan bagus2. Garam secukupnya Bahan Sambal Petai:1. 50 gr cabai keriting2. 10 gr cabai rawit3. 15 gr bawang putih4. 20 gr bawang merah5. 10 gr terasi6. 10 gr gula aren7. 5 buah petai8. Jeruk limo, peras, ambil airnya9. Garam secukupnya10. Minyak kelapa secukupnya Bahan Untuk Menumis1. 20 gr bawang putih, cincang2. 1 butir telur3. 15 gr cabai hijau besar, iris4. 15 gr cabai merah besar, iris5. Garam secukupnya6. Minyak untuk menumis

Foto: Potretmenado MUKU GHE’U/MUKU LOTO (FLORES) Bahan-bahan:1. Pisang kepok muda, dikupas kulitnya2. Batang pisang muda3. Daging/jeroan sapi4. Bawang merah5. Bawang putih6. Kencur7. Gula merah8. Garam9. Cabe rawit10. Daun salam11. Daun jeruk Cara Membuat:1. Pisang dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 3 cm2. Pisang direbus dengan jeroan sapi, semua bumbu dimasukkan juga3. Saat pisang sudah empuk, seluruhnya diaduk-aduk dengan batang pisang muda4. Saat warnanya sudah berubah menjadi agak abu, angkat, dan siapkan Resep: Dari Berbagai Sumber