Krisis Iklim dan Nasib Jamur Cantik Khas Pulau Bangka

Memanasnya suhu bumi membuat jamur pelawan yang langka, semakin sulit ditemukan. Jamur pelawan adalah jenis jamur yang tumbuh di antara pohon Pelawan, di Pulau Bangka, Bangka Belitung. Bentuk jamur ini sangatlah cantik dengan mahkota berwarna merah muda merona. Kelezatan rasanya saat dimasak pun menjadi alasan jamur ini dicari-cari ketika ada.

Jamur pelawan di habitatnya, Pulau Bangka, Bangka Belitung. (Meggi R. Purnama)

Masyarakat lokal mempercayai bahwa jamur pelawan tumbuh sehabis disambar petir. Para peneliti masih mencari tahu kebenarannya dari sisi ilmiah, tetapi mereka menggarisbawahi fakta jamur pelawan yang hanya bisa tumbuh di area tertentu, yaitu Pulau Bangka dan Belitung. Kelangkaan ini menjadi faktor utama harga jamur pelawan mampu mencapai jutaan rupiah per kilogram.

Jamur pelawan kerap disandingi dengan jamur truffle dari Prancis karena harganya yang sama-sama tinggi. Tapi, jamur pelawan kalah eksis dengan truffle. Malika, jurnalis KBR Media, menjelaskan kepada Chef Aziz Amri di podcast Planet Plate tentang pentingnya melestarikan bahan pangan lokal di tengah krisis iklim yang melanda.  

Jurnalis KBR Media, Malika dengan Chef Aziz Amri seusai memasak lempah kulat pelawan. (KBR/Hafizh Dhiyaulhaq)

“Kita bisa coba sendiri ya sebagai masyarakat, produk pangan lokal kita ada apa sih, lalu kita melestarikannya itu dengan mencoba memasaknya, terus kita menceritakan lagi, oh ada yang namanya ini, jamur pelawan,” tutur Malika sambil memasak lempah kulat pelawan bersama Chef Aziz.

Tahun 2020, sebuah laporan hasil kerja 200 ilmuwan bertajuk “Kondisi Tumbuhan dan Jamur Dunia” memprediksi dua perlima tanaman secara global terancam punah. Ini tidak menutup kemungkinan berbagai jenis spesies jamur di Indonesia yang bahkan belum ditemukan, yang bisa saja diolah sebagai makanan, obat, maupun bahan bakar.

“Bahkan mereka sudah punah sebelum kita kenal ini namanya apa sih, manfaatnya apa sih, dan laju kepunahannya tuh makin cepat. Sebetulnya agak khawatir ya dengan si jamur pelawan ini kalau situasinya terus-menerus seperti ini,” jelas Malika.

Salah satu olahan jamur pelawan, Lempah Kulat Pelawan. (KBR/Hafizh Dhiyaulhaq)

Jamur pelawan sendiri memiliki kondisi khusus di mana ia hanya akan tumbuh jika terjadi hujan yang sangat deras. Adanya tantangan dari pemanasan global mengancam keberlangsungan pertumbuhan jamur pelawan, karena kenaikan suhu satu derajat saja bisa menjadi masalah. Satu dekade lalu, jamur pelawan masih bisa diprediksi kapan tumbuhnya. Kini, waktu tumbuhnya semakin acak. 

“Kalau demand-nya tinggi kan ketersediaan di pasar harus ada, dan itu jadi bikin kita mikir gimana caranya dia hadir di hutan itu, mudah ditemui, dan itu nggak ada cara lain selain kita menahan laju perubahan iklim ini,” ujar Malika.

Malika sangat menyayangkan jika di masa depan, makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia hanya itu-itu saja akibat krisis iklim. Sebagai jurnalis, ia merasa bertanggung jawab untuk ikut menyuarakan fakta soal krisis iklim yang sedang terjadi, supaya semua pihak bisa mengambil peran. Cara paling mudah adalah dengan meragamkan isi piring dan mengikutsertakan pangan-pangan lokal dalam menu makan sehari-hari.

“Makanan lokal kita tuh rata-rata slow food. Kita jadi lebih punya perhatian terhadap bagaimana ini diambil, ditumbuhkan, mungkin kita jadi lebih bijak sama makanan kita,” sebut Malika.

***