Cerita di Balik Bandeng Bakar Lumpur

Indonesia adalah negara produsen ikan yang menjanjikan. Dengan julukan negara maritim, tak heran jika ikan menjadi sumber protein yang melengkapi isi piring masyarakat kita. Salah satu jenis ikan yang paling digemari adalah ikan bandeng.Ikan air payau ini rasanya gurih dan mudah diolah dengan berbagai cara.

Kawasan tambak bandeng yang rusak akibat abrasi di Mengare, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Minggu, 17 September 2023. (Iklimku/Idealita Ismanto)

Liputan ini berdasarkan paparan petani bandeng senior di Mengare, Aribin, yang akrab disapa Cak Bin. Pria ini sudah menjalani profesi sebagai petani bandeng selama 50 tahun. Namun, banjir yang terjadi tahun 2022 adalah yang terburuk yang pernah ia saksikan.

Aribin (60) berdiri di bagian tambak bandeng yang pernah dikelolanya dan kini rusak akibat abrasi di Mengare, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu, 11 Oktober 2023. (Iklimku/Idealita Ismanto)

“Saat ini, wilayah pesisir Mengare itu kena dampak dari abrasi. Tambak-tambak itu kan ada posisinya di pinggiran ya, itu akhirnya tergerus terus akhirnya mereka sekarang punya luasan (tambak) yang tidak selebar dulu,” ujar Ulet. 

Setelah kejadian ini, hasil panen bandeng menurun drastis. Sebelumnya Cak Bin bisa menghasilkan enam hingga delapan ton. Kini, hanya empat hingga lima ton bandeng. Pertumbuhan ikan juga kurang berkualitas. Ini lantaran praktik panen paksa. Biasanya mereka membudidayakan bandeng selama tujuh hingga delapan bulan, terpaksa dipersingkat menjadi enam bulan saja. Para petani terdorong melakukan praktik ini karena takut hasil panen keburu direnggut abrasi.

Pulau Mengare terkenal atas bandeng-bandeng dengan kualitas terbaik. Setahun sebelum kejadian abrasi, Mengare mengadakan festival bandeng dimana bandeng-bandeng tersebut dilelang.

Sayangnya, menurut pengakuan Cak Bin, pemerintah tidak pernah menepati janji mereka untuk membangun pemecah ombak di Mengare. Alhasil, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan tambak-tambak bandeng di sana. Dalam pantauan citra satelit, sebagian area Mengare sudah tenggelam. 

Kawasan pesisir Desa Tanjung Widoro, Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang semakin menghilang tiap tahunnya akibat kenaikan permukaan laut. (TheTreeMap/Nusantara Atlas)

Ulet menjelaskan, para petani di daerah tidak memahami apa itu perubahan iklim. Mereka hanya mengenal tanda-tanda alam dan siklus pergantian musim. Mereka tidak sadar bahwa ini merupakan fenomena dan tantangan global yang sedang kita hadapi bersama. Satu hal yang Cak Bin takutkan, suatu hari nanti mungkin tambak bandeng Mengare hanyalah sebuah kisah. Ulet juga punya kekhawatiran serupa,

“Ya aku cuma mikir generasi berikutnya aja gitu, kita masih bisa nikmatin alam tapi kayaknya egois banget cuma kami yang bisa nikmatin hari ini. Mereka (generasi selanjutnya) juga harus bisa nerima yang lebih baik atau bahkan setidaknya apa yang kita lihat saat ini,” tegas Ulet. (Nfs/mlk)

**